Gara-gara si Krebo, Stress Berkurang
![]() |
| foto : pikiranrakyat online |
Dua puluh menit bersepeda motor melewati jalur lalu-lintas dari rumah menuju ke kantor bagi saya sama seperti melintasi neraka. Meskipun kepadatan jalan dari Kartasura menuju Solo,
Hal
yang sama juga terjadi dalam perjalanan pulang kantor. Makanya setelah tiba di
rumah, rasanya plong banget ! Lega, tapi capeknya minta ampun. Padahal secara
fisik, saya tidak mengerjakan sesuatu yang sangat melelahkan. Saya pun berkesimpulan
bahwa stress selama perjalanan berangkat dan pulang kantorlah yang menjadi
pemicunya.
Hampir
setengah tahun saya menjalani stress tersebut tanpa bisa menemukan solusinya. Namanya
saja jalan umum, siapapun boleh menggunakannya. Memarahi semua pengendara tak
becus itu tentu saja saya tak mungkin akan sanggup. Memilih jalur yang berbeda
pun tidak membawa hasil karena tetap saja ketemu dengan pengendara ngawur.
Sampai pada suatu pagi saya menyadari sebuah hal yang amat sederhana namun tak
pernah terpikirkan sebelumnya.
Seperti
biasa saya melewati rute terpendek menuju kantor. Di tengah perjalanan, saya
melihat seorang pengendara motor yang agak tidak beres. Dari caranya berkendara
kelihatan sekali kalau dia adalah tipe pengendara yang ingin menang sendiri.
Salip sana
sini, serobot kanan-kiri tanpa peduli kalau manuvernya bisa mengganggu
pengendara lain. Melihat sosoknya saya langsung teringat dengan teman sekantor
saya, Agus Krebo panggilannya. Dari belakang posturnya sama persis. Pendek,
agak gempal, kulitnya gelap dan rambut keriting panjang yang sebagian
nampak keluar dari sela-sela helmnya.
Bukannya jengkel, saya justru tersenyum-senyum sendiri memperhatikan gaya berkendara tersebut.
Saya ikuti terus, tapi saya tetap menjaga jarak agar tetap aman.
“Kalau
itu si Krebo, tinggal jitak saja kepala kritingnya itu. Setelah itu, adukan ke
istrinya biar tahu rasa. Membahayakan orang saja,” pikir saya gemas sambil
membayangkan Agus Krebo diomelin istrinya.
Teman
sekantor saya itu memang dikenal sebagai sosok unik. Gayanya kocak, penggila
musik cadas, tapi termasuk anggota
Ikatan Suami Takut Istri. Saya pun berpisah jalan dengan pengendara itu sebelum
sampai ke kantor. Anehnya, saya tidak merasa sejengkel sebelumnya. Tetap saja sempat
jengkel sih, tapi ya seperti perasaan jengkel kepada teman baik. Ah,
jangan-jangan inilah cara terbaik menghadapi stress di jalan. Memandang
semuanya seperti layaknya teman. Pandangan ini pun saya praktekkan saat
perjalanan pulang. Kali ini saya membayangkan seorang pengendara mobil yang
berisik dengan klaksonnya seperti teman kuliah saya yang cerewetnya minta ampun
tapi sebenarnya baik hati. Hasilnya, saya tiba di rumah dengan perasaan yang
lebih enteng. Sejak menemukan cara ini, stress akibat keruwetan lalu-lintas pun
jauh berkurang. Saya juga mengimbanginya dengan bersepeda ke kantor dua hari
sekali.
Peristiwa
remeh ini membuat saya belajar, bahwa mencari solusi sebuah masalah tidak
selalu bisa dilakukan dengan menghilangkan masalah tersebut. Memandang masalah
dengan sudut pandang yang berbeda ternyata juga bisa menjadi jawaban manjur
untuk mengatasinya.


Komentar
Posting Komentar