NGUMBAR ABAB
Judulnya mungkin rada-rada nggilani, tapi sebetulnya substansi yang ingin saya sampaikan tidak nggilani-nggilani amat. Kenapa abab? Dan kenapa abab sampai diumbar? Silakan dicermati dengan santai dan ala kadarnya.
Abab adalah aliran udara yang bergerak dari dalam mulut
ke luar. Aliran udara ini bisa terjadi saat si empunya mulut menguap alias angop, membersihkan kaca mata atau
spion, meniup debu di meja atau kursi yang mau diduduki, tertawa ngakak dan berbicara. Kegiatan terakhir
ini kalau diprosentasekan dijamin paling tinggi produktivitas ababnya
dibandingkan empat aktivitas lainnya. Menguap, paling cuma kalau ngantuk, ngolet, kadar oksigen di otak mulai
menurun atau bosan gara-gara ndengerin pidato. Membersihkan kaca mata ya kalau
punya. Spion juga begitu, ya kalau punya motor. Meskipun punya, ya kalau
kepikiran untuk membersihkan. Kalau nggak trus situ mau apa? Maksa? Meniup debu
pun jarang-jarang dilakukan. Kalau ditanya, jujur Kamu pasti milih memanfaatkan
jaket teman untuk ngelap kursi dibandingkan capek-capek nyebuli debu. Nah, tertawa ngakak juga seharusnya nggak dilakukan
sering-sering. Apalagi kalau tanpa sebab yang jelas. Bahaya kan?
Udara abab yang dikeluarkan mulut komposisinya sama
dengan udara yang dihembuskan hidung akibat hasil proses bernapas, yakni
karbondioksida (CO2). Seperti yang banyak ditulis di berbagai media serius,
penyebab utama pemanasan global adalah emisi karbon. Nah, karbondioksida ini
juga termasuk karena mengandung unsur karbon.
Lhah, karena kegiatan bicara menjadi penghasil abab
nomor satu di jagat raya, sudah seharusnya kegiatan bicara dilakukan dengan
penuh perhitungan. Utamakan kualitas bicara daripada kuantitas atau frekuensinya.
Jangan mentang-mentang nggak bayar, Anda lantas jadi banyak bicara. Semuaaa
dibicarakan, padahal nggak penting sama sekali…
Lhoh, kalau gue
hobi banyak bicara sejak dari orok, trus itu masallah buat elo ?
Ya, sebenarnya nggak juga sih, asal elo bicaranya di luar planet bumi sono. Kalo
elo bicaranya di bumi apalagi di
deket saya, banyak hal yang merugikan saya. Pertama, elo menyebabkan pencemaran suara. Suara elo itu tuh, kedengeran sama semua kuping yang ada di deket elo. Padahal elo tau sendiri, bumi ini bukan cuma milik elo. Jadi elo harus
menghargai orang lain dengan tidak mencemarinya. Yang kedua, elo ikut berkontribusi mempercepat
pemanasan global. Karena eh karena, terlalu banyak abab yang elo hasilkan. Padahal elo tau sendiri, udara ini diciptakan
Tuhan untuk semua mahkluk sebagai fasilitas vital untuk menunjang kehidupan. Jadi
kalo elo mengotorinya, elo mengganggu kehidupan semua mahkluk
hidup di bumi ini. So, kalo elo
nanya, apa masalah buat gue, ya masallah banget lah, tolol !
Lebih memprihatinkan lagi, banyak orang yang lebih
memilih berbicara (baca : bertanya) daripada mencari jawaban sendiri meskipun
semua fasilitas pencari sudah ada di hadapannya. Ini yang betul-betul membuat
saya nggak habis pikir. Kok bisa ya ? Satu contoh mudah, menanyakan kepanjangan
sebuah singkatan atau yang lebih konyol menanyakan tanggal beberapa hari ke
depan. Wong ya di hadapannya ada
komputer terkoneksi internet. Kurang apalagi coba? Semuanya kan bisa dicari
sendiri dengan cepat dan mudah. Eh, malah pilih buang abab. Hipotesis saya
adalah mereka ini tergolong orang-orang yang malas berpikir dan justru lebih
suka bikin repot dengan menyuruh orang lain berpikir untuk mereka. Gendheng !
Lantas bagaimana menghadapi orang semacam itu? Ya,
nggak usah diapa-apain. Mending mengalah saja, menjauh, nggak usah didengerin
dan dipedulikan. Toh dia tidak memperdulikan Anda. Dan biasanya, kalau
diingatkan justru malah memancing kita ke sebuah perdebatan yang nggak penting,
Lha kalau kita terpaksa ndak bisa
kemana-mana ? Ya, anggaplah Kamu ndengerin suara kaset nglokor atau radio gelombang
SW. Alternatif terakhir adalah siapkan kapas, sumpel kedua kupingmu lalu
berdoalah kepada Tuhan semoga orang itu segera disadarkan. Ingat memohonlah hanya
kepada Tuhan, bukan kepada Batman atau Spiderman. Dijamin lebih manjur.



Komentar
Posting Komentar