MAHALNYA SEBUAH IDE

 

Ide itu mahal?

Coba, idenya itu dijual ke pasar  atau dijajakan ke siapa gitu. Kalau bisa laku aja sudah bagus, nggak perlu dengan nilai jual tinggi, deh.

Kalau benar ide itu mahal, orang yang sering nongkrong2 pasti jadi kaya semua. Kenapa? Mereka banyak ide, lho. Ada aja ide mereka untuk banyak hal.

“Yah, masak analoginya cuma seperti itu? Dangkal banget!”

Ya memang tidak sesederhana itu.  Pengandaian di atas mencoba memberikan gambaran yang mudah dicerna kepada mereka yang juga umumnya memahami “ide itu mahal” dengan sangat sederhana. 

Bagi yang sudah melampaui tataran pemahaman tersebut, anda tak perlu naik darah. Lebih baik naik jabatan atau naik gaji saja. Kalau naik gaji, mungkin anda bisa plesir ke luar negeri. Tapi kalau naik darah, anda cuma ke puskesmas.  Harus antri pula, karena pakai BPJS. Duh!  Mungkin ketika tiba giliran diperiksa, darah anda sudah normal lagi. Bisa jadi ini salah satu manfaat antri ; memberikan kesempatan kepada sistem imunitas untuk bekerja memperbaiki keseimbangan fisiologis dan biokimiawi tubuh. Makin sering antri, imun makin kuat.  Makin diteruskan, makin ngawur tulisan ini. Oke, cukup!

Bagi yang memahami “ide itu mahal” secara sangat sederhana, akan sering terjebak pada kebanggaan semu setelah mengemukakan idenya. Dan biasanya,  ia sudah merasa cukup dengan menyampaikan ide saja.  Seakan tidak ada hal yang lebih penting dari sebuah gagasan.  Jika hanya terjadi dalam obrolan pengisi waktu nongkrong, mungkin tidak masalah. Wong ya cuma nongkrong.  Namun kalau berlangsung dalam sebuah diskusi tim, kasusnya jadi berbeda.

Berbekal kebanggaan semu, sang penyampai ide mungkin tidak akan antusias memikirkan tahap pengolahan ide selanjutnya.

“Saya kan sudah kasih ide. Gantian kalian dong yang mikir kelanjutannya.  Masak saya lagi yang mikir? ”

HAK DESH-HAK DESH !!!

Kalau dia bukan atasan anda, saya sarankan anda dan teman2 se-tim mempraktikkan segala jenis ilmu bela diri, MMA, ilmu sihir, ilmu hitam, ilmu hipnotis atau ilmu apapun kepada beliau. Sesegera mungkin. Ingat, asal dia bukan atasan anda.

Berarti “ide itu mahal” berlaku buat atasan kepada bawahannya?  Ya iyalah.  Kalau semua dipikirkan dan dikerjakan oleh atasan, buat apa dia punya bawahan. Meskipun akan lebih bagus hasilnya jika si atasan terus mendampingi proses pengolahan ide sampai matang.  Supervisi. Dalam tahap diskusi,  gagasan atasan masih berstatus ide.  Jika sudah disepakati bersama, ide tersebut berubah status menjadi instruksi kepada tim.

“Wah, enak dong jadi atasan. Cuma ide aja, habis itu tinggal nyuruh2 bawahan!”

Kira-kira, mungkin nggak seseorang bisa dapat karir bagus cuma berbekal menyampaikan ide saja. Tanpa kinerja yang bagus, tanpa pencapaian yang maksimal, tanpa berkeringat dan tanpa mengerahkan kemampuan terbaiknya.  Mungkin saja kalau punya hubungan famili atau koneksi dengan orang penting. Kalau ini yang terjadi, ya terima saja nasib anda. Hahahahaa…Maaf, buat kasus nepotisme, tidak ada yang perlu dibahas. Kita bahas alur yang normal saja.

Kembali ke idenya si atasan tadi, ya.

Nah, jadi pengertian “ide itu mahal” sebenarnya harus dipahami bukan sekadar dari isi idenya. Orisinilitas, tingkat solusi dan efektivitas dari sebuah gagasan memang penting, tapi tanpa pengolahan lebih lanjut tidak akan jadi faedah.  Sesuatu yang tidak bermanfaat ya tidak ada harganya. Dalam skala 1-100%, sebuah gagasan – sebrilian apapun - jauh di bawah 1% nilainya. Sedikit mendekati 1% jika sudah menjadi konsep matang.  Sisanya adalah : eksekusi. Kenapa?  Karena siapapun harus berani berdarah-darah dalam tahap eksekusi.  Mikirin sebuah ide sambil rebahan makan kwaci pun bisa.

Dalam praktik sebuah kerja sama, bikin usaha apapun, sebaiknya hindari pembagian porsi kerja yang membuat salah satu pihak hanya berperan memberi ide saja.  Karena itu berarti dia tidak bekerja sama sekali.

Ide bisa jadi sangat mahal jika berada dalam sebuah diskusi jajaran CEO atau ring tertinggi dalam struktural perusahaan maupun pemerintahan. Mahal karena orang2 yang berada di lingkaran tersebut butuh usaha yang sangat mahal pula untuk mencapai karirnya.  Gagasan mereka menjadi sangat bernilai karena keluar dari pemikiran yang sarat pengalaman.  Lalu, apa tidak mungkin ide segar muncul dari orang yang belum punya pengalaman? Sangat mungkin. Tapi, kembali lagi ke paragraf sebelumnya. Tanpa mengeksekusinya dengan benar, wassalam.

Sekali lagi, yang membuat sebuah ide menjadi sangat bernilai adalah mereka yang mampu merangkai bagian-bagian dari gagasan tersebut menjadi sebuah peta dan tutorial menuju sepaket solusi terbaik kemudian mengeksekusinya dengan efektif. Einstein bilang, orang kreatif bukanlah orang yang punya ide cemerlang. Orang kreatif menurutnya adalah orang yang mampu melihat dan menghubungkan beberapa hal yang dianggap tidak berkaitan oleh orang lain menjadi sesuatu yang solutif.

Jadiii…. saya lebih memilih mengatakan bahwa : ide itu gratis-tis!

‘ Idea zonder perjuangan, tidak akan pernah menjadi realiteit ‘ (Ir. Soekarno)

 

*Tulisan ini sekadar snack. Silakan dibaca dengan santuy. Nggak sampai 3 menit kelar.

Jangan sampai membuat kening berkerut, karena itu tandanya anda terlalu serius. Salam.

 

Komentar

Postingan Populer