MENSYUKURI OTAK



geolocation.ws

Suka membaca ?

Nggak mas.
Ini adalah jawaban orang yang memang tidak bisa karena buta huruf dan orang yang waktunya dalam sehari dihabiskan untuk berjuang hidup di jalanan. Selain kedua golongan ini, berarti mereka adalah orang-orang pantas dikasihani.

Sebenarnya suka mas. Tapi waktunya itu lho, nggak sempet.
Ini adalah jawaban para pegawai kantoran yang sok sibuk. Dari strata ekonominya, mereka adalah orang-orang yang sudah cukup mapan. Tapi bisa ditebak, orang-orang ini tak jauh beda dengan robot atau mesin yang hanya bekerja jika sudah diprogram. Inisiatif ide nol besar. Kalaupun terpaksa mengeluarkan ide, pasti wagu dan nggak bermutu. Masih mending kalau mereka adalah pekerja kantoran. Kalau masih mahasiswa, alangkah terbelakangnya dia. Sebenarnya mereka memang tidak suka membaca, tapi karena mereka tahu kalau membaca buku itu identik dengan orang yang terpelajar, ya mereka nggak mau mengakuinya.


Baca apa dulu nih?
Ini adalah jawaban orang yang juga sebenarnya tidak suka membaca. Mereka cuma membaca kalau terpaksa. Terpaksanya pun macam-macam. Bisa terpaksa karena disuruh, terpaksa karena nggak ingin ketinggalan tren, terpaksa karena harus mencari referensi, atau terpaksa lainnya. Bisa juga karena terpaksa ingin dianggap pintar. Salah satu indikasinya adalah, suka memamerkan buku yang dibacanya (dengan berbagai cara). Kegiatan membaca mereka tidak menghasilkan apa-apa meski mengaku sudah baca buku terkenal ini dan itu.

Suka, mas.
Ini adalah jawaban orang yang memang mencintai kegiatan membaca. Bagi mereka membaca adalah kebutuhan jiwa dan otak bukan sebuah beban atau keharusan. Indikasinya yang terlihat adalah, orang-orang ini punya wawasan yang luas, nyambung diajak ngobrol banyak hal, kekayaan kosa katanya bagus, pola kalimat ucapannya juga tertata dan gampang dipahami serta sangat tidak menyukai omong kosong atau kegiatan tak bermutu yang membuang-buang waktu.

Aktivitas membaca adalah kegiatan utama yang membuat peradaban manusia berkembang hebat hingga sekarang. Jika saja nenek moyang kita dulu tidak ada yang suka membaca, mungkin jaman sekarang kita masih memakai kenthongan dan sinyal asap sebagai alat komunikasi jarak jauh. Membaca adalah kegiatan yang tak bisa dihindari oleh manusia selama ia masih hidup. Coba sebutkan kegiatan yang tidak butuh membaca. Mau buang air pun kita harus membaca kalau nggak mau salah tempat. Kecuali kalau pipis di semak-semak pinggir jalan. Nah, betapa pentingnya membaca buat kehidupan.

Masih kurang percaya ? Perintah pertama Tuhan saat menurunkan kitab suci Al Quran adalah ’iqra’ !  Artinya, ‘bacalah’ ! Bukan sembahyang-lah, SMS-lah atau mention-lah, tapi baca-lah. Bahkan Tuhan pun memerintahkan manusia untuk membaca. Kurang apa lagi coba?

Membaca tak hanya dimaknai sebagai kegiatan mengeja dan memahami tulisan dalam sebuah artikel atau buku saja. Membaca harus dimaknai lebih luas yakni melihat, menghayati dan mengkaji suatu hal. Sehingga apapun yang ada di alam semesta ini bisa “di-baca”. Apa sih gunanya Tuhan menyuruh-nyuruh manusia buat membaca? Karena kita dikaruniai mata dan otak yang hebat ! Binatang bisa mempelajari sesuatu dengan caranya sendiri tapi diajari sampai kapan pun mereka nggak akan bisa membaca tulisan. Maksimal cuma menghapalkan bentuk huruf atau warnanya.

Manusia diciptakan sebagai mahkluk pembelajar, makanya dikaruniai komposisi otak yang hebat. Bayangkan betapa mangkelnya Tuhan pada orang yang males-malesan menggunakan otaknya. “ Sudah repot-repot dibikinin otak, nggak dipake. Tau gitu, nggak usah tak kasi otak sekalian. Mau jadi apa kalian !” begitu kira-kira kejengkelan Dia kalau disinetronkan secara ngawur. Padahal mana mungkin Tuhan bisa merasa repot..hehehehe, Subhanallah.

Manusia diperintahkan membaca agar bisa mempelajari alam. Orang yang mau belajar akan benar-benar paham jika begitu banyak karunia dan rejeki yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia. Dan ujung-ujungnya dia akan menjadi orang yang selalu mensyukuri kehidupan serta makin kuat tingkat keimanannya.

Paragraf di atas mengingatkan saya kepada Profesor Bambang Sutiman, penguji skripsi saya. Namanya juga profesor, sudah diberi surat undangan pun masih lupa kalau hari itu dia harus menguji saya. Malah mendatangi acara lain. Alhasil, saya yang harus repot mendatangi dia setelah ujian skripsi selesai. Maksudnya sih mau ujian susulan khusus dengan pak profesor ini. Mau tahu apa ujiannya? Cuma satu pertanyaan yang dia ajukan. “ Kamu dapat apa dari mengerjakan skripsimu? ”

Modyarrr kon !!! …..

Saya pun menjawab sekenanya dengan blekak-blekuk. Tahu kalau saya agak shock, Pak Timan pun berkata ”Yen ra iso njawab yo tulisan ae wis ning kertas (Kalau nggak bisa langsung jawab ya tulis aja di kertas). Nanti titipkan di kantor administrasi jurusan,” begitu ujarnya. Siap pak !

Saya agak lupa detil jawaban saya, karena waktu itu saya membuatnya dalam kondisi darurat. Sehelai kertas folio bergaris dengan satu paragraf jawaban. Intinya begini :
“ Mengerjakan skripsi dengan berbagai riset laboratoriumnya membuat saya belajar banyak hal. Belajar banyak hal membuat saya lebih banyak tahu tentang keindahan, kerumitan, dan ketelitian pekerjaan Tuhan serta manfaatnya bagi manusia. Sekaligus tahu kalau masih sangat banyak hal yang saya belum ketahui. Saya merasa harus lebih banyak bersyukur kepada Tuhan karena sudah diberi kesempatan untuk menikmatinya. “
Pak profesor pun memberi saya nilai A untuk skripsi yang tebalnya cuma 32 halaman. Hahahahaaa…..





Komentar

Postingan Populer